Welcome to NenkDyDy...

Yuk cari tau tentang dunia kesehatan, tips, atau bahkan tulisan iseng aku di sini...moga smuanya bisa bermanfaat yaa dan...selamat menikmati... ^^

Selasa, Agustus 25, 2015

Rain Before Sunshine - Part 4

Tok … Tok … Tok …
“Del, kamu udah bangun sayang?”
“Udah Ma.”
“Kamu jadi mau anter Mama ke toko kan?”
“Iya Ma. Tunggu ya, aku mandi dulu.”
“Jangan lama-lama ya sayang. Mama ada janji sama klien nih.”
“Oke. 20 menit lagi aku turun.”

Suara Mama membangunkan Delza dari tidur lelapnya. Biasanya ia tak mau diganggu saat hari libur. Tapi untuk kali ini lain. Kemarin ia sudah berjanji untuk mengantarkan Mama-nya ke toko souvenir milik keluarganya, yang telah dirintis sejak Papa-nya pensiun 2 tahun lalu. Ia sendiri mulai merasa bosan diam di rumah di hari Minggu ini. Tak ada salahnya mencari suasana baru. Lagipula ia belum pernah mampir ke sana sejak toko selesai direnovasi bulan lalu. Kemarin-kemarin ia hanya mendengarkan konsep dekorasi toko yang dirancang oleh kakaknya, Anye.

                                                                                    * * *

I’ll remember you
When I’ve forgotten all the rest
You to me were true
You to me were the best
When there is no more
You cut to the core
Quicker than anyone I knew
When I’m all alone in the great unknown

I’ll remember you
I’ll Remember YouNana Mouskouri

Lagu lama itu mengalun lembut dari CD player. Delza memang seorang pecinta lagu-lagu lama dari era sang mama remaja. Sejak kecil ia sudah terbiasa mendengar lagu-lagu tersebut bersama mamanya. Tiba-tiba volume musik terdengar lebih kecil. Dari sudut pandang matanya, ia melihat tangan sang mama yang menekan tombol volume.

“Loh, kenapa dikecilin Ma musiknya?”
“Del, kayaknya udah lama Mama gak liat kamu bahagia ya.”
“Maksud Mama?”
“Iya, udah lama rasanya Mama ngeliat kamu senyum-senyum seneng setiap hari. Rasanya udah 5 tahun kamu gak seceria biasanya.”
Delza menarik napas panjang, mulai mengerti kemana arah pembicaraan sang mama.
“Aku bahagia kok Ma sama hidup aku sekarang.”
“Bahagia gimana Del?”
“Iya, aku punya karir yang cukup bagus di rumah sakit, pasien aku juga udah mulai banyak. Itu aja udah bikin aku seneng Ma.”
“Iya sayang, tapi itu aja gak cukup untuk bikin kamu bener-bener bahagia. Mama pengen liat kamu mulai perbaiki kehidupan pribadi kamu lagi Nak.”
“Iya, nanti ya Ma kalau udah waktunya.”
“Kapan toh? Kamu itu cantik, punya karir cemerlang, masa gak ada yang deket?”
“Belum ketemu yang cocok aja Ma.”
“Terakhir, siapa itu, yang suka main ke rumah, yang temennya si Fahri itu?”
“Arka Ma.”
“Iya, kayaknya anaknya baik ya, sopan gitu sama orang tua, cakep lagi. Terus udah mapan juga kan ya dia.”
“Iya Ma.”
“Lah, terus kok sekarang gak pernah maen lagi ke rumah? Kamu tolak ya?”
“Belum sreg akunya Ma.”
“Jangan lama-lama toh nduk. Kamu itu perempuan, inget umur. Jangan inget-inget masalah sama si Rein dulu itu. Hidupmu masih panjang.”
“Iya Ma, aku juga udah lupain itu kok. Nanti kalau udah nemu yang cocok pasti aku kenalin ke Mama.”
Sejujurnya hati aku masih sakit Ma setiap inget kejadian Rein dulu, aku belum siap untuk sakit hati lagi, batin Delza.
Beruntung jarak rumahnya ke toko souvenir tidak begitu jauh, sehingga pembicaraan tersebut berakhir seiring mobil Delza memasuki area parkir toko.

Senin, Agustus 24, 2015

Rain Before Sunshine - Part 3

“Del, model kebaya yang ini bagus gak?”
“Bagus kok Dies. Kesannya simpel tapi elegan. Kayaknya cocok banget deh sama kepribadian lo.”
“Kalau yang ini?”
“Ini juga boleh. Modelnya unik. Bikin lo keliatan beda banget gitu. Manglingi kalau kata orang Jawa.”
“Hmm, menurut lo, gw ambil yang mana ya?”
“Kalau saran gw sih, mending lo ambil yang pertama buat akad nikah-nya. Kan acaranya agak-agak serius gimana gitu. Jadi pas aja keliatannya. Tapi ya tergantung lo juga sih lebih sreg-nya ke mana.”
“Eh Del, temennya Fahri ada yang mau kenalan tuh sama lo.”
“Yang mana lagi Dies? Si Arka itu? Gak bosen-bosen ya tuh orang gw tolak.”
“Hahaha, bukan bu. Yang ini beda. Namanya Bowo. Dia itu sahabat baik Fahri waktu jaman kuliah.”
“Beda gimana maksud lo? Ntar ujung-ujungnya sama lagi kayak si Arka.”
“Ya beda dong. Kalau kemaren si Arka itu orangnya emang agresif banget. Gw akuin, gw salah rekomendasiin dia ke lo. Mau gak?”
“Gw lagi gak mau mikir ke arah situ dulu Dies. Lagi banyak gawean nih gw.”
“Ye, ni anak main tolak-tolak aja. Ntar nyesel loh kalau nge-lepas yang ini. Lagian kapan sih lo gak banyak gawean Del.”
“Bukan gitu Dies, gw cuma lagi males aja ngurusin yang gituan. Lagi pengen nikmatin hidup dulu aja.”
“Gini deh, lo ketemu dulu sama orangnya. Ntar kalau nge-rasa gak cocok, lo boleh lepasin deh.”
“Hmm, oke, gw lakuin ini demi lo ya. Kalau lo bukan sahabat terbaik gw, gw gak bakal mau ngikutin mau lo ini.”
“Nah, gitu dong. Thank you ya darl. Gw jamin, lo gak bakal nyesel deh. High quality banget dia. Kapan lo mau ketemu sama dia?”
“Lo atur aja deh. Ntar lo tinggal konfirmasi ke gw, bisa atau gak-nya gw kabarin. Gimana?”
“Sip.”

* * *

Malam ini terasa begitu sunyi. Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Namun Delza masih berkutat dengan notebook kesayangannya. Jemarinya bergerak lincah menelusuri tuts-tuts keyboard. Tugas laporan bulanan rumah sakit masih belum ia rampungkan. 3 bulan terakhir ini kesibukannya bertambah, selain berada di rumah sakit dan poliklinik untuk melayani pasien-pasiennya, ia juga harus mengurus segala keperluan pernikahan Edies. Ya, sejak didaulat menjadi bridesmaid, ia menjadi super sibuk. Jam tidurnya pun otomatis semakin berkurang. Tapi bagi Delza, dapat turut andil dalam pernikahan sahabatnya merupakan suatu kehormatan baginya. Edies telah menjadi salah satu sahabat terbaiknya sejak 13 tahun yang lalu, saat keduanya masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Tak lengkap rasanya bila ia tak ikut andil dalam kebahagiaan sahabatnya itu.

* * *

Persiapan Pernikahan

Pernikahan. Suatu hal yang pastinya ditunggu-tunggu setiap orang. Untuk beberapa orang yang menyerahkan semua urusan pernikahan ke jasa wedding organizer tentu tidak perlu pusing. Namun, untuk beberapa orang yang ingin mempersiapkan pernikahannya sendiri, tentu harus memikirkan matang-matang vendor-vendor mana yang akan diajak bekerja sama.

Bagian terpenting dari acara resepsi pernikahan, diantaranya adalah catering, dekorasi dan make-up. Selain itu gedung tempat akan diselenggarakannya pesta pernikahan pun harus disesuaikan dengan jumlah tamu undangan yang akan hadir, dan tentu saja disesuaikan juga dengan budget yang ada.  Kalau calon pengantin -baca: orang tua- punya budget yang cukup besar, ruang-ruang pertemuan atau ballroom hotel bisa menjadi pilihan. Karena biasanya harga paketnya sudah termasuk catering  dan dekorasi. Tapi berbeda jika capeng memiliki budget yang terbatas tapi masih menginginkan acara pernikahan diadakan di gedung. Tentu kita harus mencari gedung yang letaknya strategis dan bisa cukup menampung jumlah tamu yang diundang.

Untuk urusan catering biasanya berhubungan dengan selera rasa masakan, dan juga budget tentunya. Saran saya, dalam pemilihan vendor catering, carilah vendor yang sudah memiliki pengalaman banyak dalam acara pernikahan. Karena dari situ kita bisa sedikit menilai tingkat profesionalitas vendor tersebut. Vendor-vendor catering yang sudah cukup punya nama biasanya hanya membatasi jumlah pemesan setiap harinya -biasanya maksimal 3 tempat resepsi-. Maka dari itu usahakan booking vendor jauh-jauh hari -bisa 6 bulan sebelumnya-. Booking vendor tidak berarti harus langsung membayarkan DP atau uang muka. Rata-rata uang muka bisa dibayarkan sekitar 3 bulan sebelum hari H.

Sama seperti catering, untuk urusan make-up pun harus sudah di tentukan jauh-jauh hari sebelumnya. Carilah vendor make-up atau salon rias pengantin yang tata riasnya sesuai dengan selera kita, dan dapat memberikan hasil riasan yang manglingi. Karena bagaimanapun juga, semua perempuan ingin tampil beda di hari pernikahannya. Biasanya salon-salon rias pengantin memberikan paket-paket pernikahan dengan budget yang beragam. Mulai dari untuk acara d rumah dengan konsep yang sederhana hingga acara di gedung dengan konsep mewah. Jangan lupa selalu tanyakan fasilitas apa saja yang bisa kita dapat dari paket tersebut. Untuk urusan gaun atau kebaya pernikahan biasanya ditawarkan 2 jenis, yaitu sewa perdana atau sewa biasa. Sewa perdana artinya pihak penata rias pengantin akan membuatkan gaun atau kebaya baru untuk sepasang pengantin, capeng akan menjadi orang pertama yang memakai busana tersebut, tetapi setelah acara selesai, busana tersebut tidak menjadi milik capeng. Nah, untuk yang sewa biasa artinya capeng akan menggunakan busana pengantin dari koleksi yang sudah ada.

Untuk urusan dekorasi, beberapa salon rias pengantin sudah memasukkannya dalam fasilitas paket. Biasanya termasuk dekorasi pelaminan, area tamu undangan, kamar pengantin dan mobil pengantin. Namun jika vendor tidak menyediakannya, kita bisa mencari vendor-vendor yang memang bergerak khusus dalam bidang dekorasi. Jika seperti ini, capeng harus bisa mengkomunikasikan dengan jelas konsep acara pernikahan yang diinginkan dengan vendor rias pengantin dan dekorasi agar hasil yang didapat bisa senada atau satu tema.

Oke. Mungkin ini dulu yang bisa saya sharing, untuk alternatif-alernatif vendor yang ada di kota Cirebon, akan saya share di postingan berikutnya. Semoga teman-teman yang sedang mempersiapkan acara pernikahannya bisa sedikit terbantu. Semangat..!!

Minggu, Agustus 23, 2015

Our Love Story

2014. Tahun yang penuh cerita buatku. Ada cerita sedih. Ada juga cerita bahagia. 1 Juli 2014. Untuk pertama kalinya aku berkenalan dengan lelaki yang tak ku kira akan menjadi pasangan hidupku 5 bulan lagi.

Saat itu aku sama sekali tak tertarik padanya. Ya. Saat itu aku baru saja putus dari kekasihku yang sebelumnya. Setelah beberapa konflik eksternal yang terjadi karena orang tuaku tak menyetujui hubungan itu, dia pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkanku. Tentu saja hatiku terasa hancur hingga membuatku benar-benar terpuruk pada waktu itu. 2 hari setelah putus, seorang lelaki menyapaku via BBM®. Dia adalah lelaki yang selama ini ingin dikenalkan padaku oleh papa dan pakde-ku sejak aku masih memiliki kekasih. Saat itu aku hanya menanggapi pesannya dengan sopan. Aku tak mau terkesan kasar atau tidak sopan meskipun aku tak menyukainya. Aku hanya berpikir kenapa baru sekarang dia berani menyapaku via BBM®, padahal aku sudah berteman dengannya di fitur tersebut sejak 2 bulan sebelumnya. Mungkinkah ini sebuah konspirasi besar-besaran antara papaku, pakdeku dan dirinya, mengingat malam sebelumnya pakdeku datang ke rumah hanya untuk mencari tahu apakah benar saat itu aku sudah sendiri lagi.

Aku masih ingat topik pembicaraan kami saat itu. Pagi itu, aku baru saja memulai aktivitas baru di tempat praktekku yang baru. Dia menanyakan seputar aktivitas baruku itu. Percakapan yang menurutku begitu kaku. Mungkin karena ia sendiri bingung harus bagaimana (menurut ceritanya ketika aku bertanya tentang masa-masa perkenalan kami dulu) dan perasaanku masih belum teralih dari mantanku itu.

Sejak saat itu komunikasi kami tak pernah putus. Entah itu BBM® atau telepon di sela-sela kesibukanku praktek dan aktivitasnya yang saat itu sedang sering dinas keluar kota. Topik pembicaraan kami pun beragam. Dari mulai kegiatan kami sehari-hari, pertandingan World Cup, pandangan kami tentang sebuah hubungan, visi dan misi hidup kami ke depannya hingga kasus hukum yang sedang ia tangani terutama bila berhubungan dengan dunia medis. Kebetulan saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan dan pertandingan World Cup. Perasaanku saat itu campur aduk. Ada kalanya aku terkesan dengan pemikirannya yang menurutku cukup dewasa, tapi sisi lain hatiku seolah menolak kehadirannya dan masih berharap pada masa laluku. Semakin dekat Idul Fitri perasaanku semakin tak karuan. Karena aku tahu suatu hari nanti kami pasti akan bertemu langsung. Saat itu ingin rasanya aku menghindar. Menghilang dari rumah agar ia tak bisa menemuiku. Bertolak belakang sekali dengan saat ini. Selama hampir 1 bulan aku berkomunikasi dengannya, aku juga masih menjalin komunikasi dengan mantan kekasihku. Namun semakin hari aku semakin merasa justru dia yang semakin mendekat padaku, sedangkan komunikasiku dengan mantanku kebanyakan ada karena aku yang memulainya. Berbeda dengannya yang meskipun aku tidak memulainya, dia selalu memulai percakapan lebih dulu. Hingga komunikasi kami benar-benar tidak terputus.

26 Juli 2014. Hari itu dia mengajakku untuk bertemu langsung. Benar seperti dugaanku. Dia mengajakku untuk buka puasa bersama. Saat itu aku benar-benar tak ingin pergi berdua dengannya. Karena itu aku pun mengajak Abang dan adikku untuk menemaniku ke tempat yang sudah kami berdua sepakati. Akhirnya bertemulah kami berempat di sebuah restauran. Kesan yang aku tangkap di awal pertemuan kami adalah dia masih tidak bisa menutupi rasa groginya saat itu dan aku masih tak bisa menyembunyikan rasa tidak sukaku padanya. Setelah makan bersama, Abang mengajaknya untuk ikut ke tempat kakak keduaku bekerja. Mampus, pikirku saat itu. Dan suka tidak suka aku berada satu mobil dengannya atas saran Abang. Selama perjalanan dia berusaha mengajakku mengobrol dan bercanda. Tapi aku masih saja menanggapinya dengan dingin. Aku hanya menatap ke arah jendela samping atau menatap lurus ke depan. Tak pernah menoleh ke arahnya sedikitpun.

Setelah petemuan itu, kami hanya kontak via BBM® hingga akhirnya 5 hari kemudian dia datang ke rumahku untuk pertama kalinya. Dia berhasil mendapatkan respon yang baik dari kedua orang tuaku. Dan aku tak begitu menyukai situasi ini. Ya hatiku masih bertahan pada masa laluku. Selama masa liburan itu kami menghabiskannya dengan beberapa kali pergi bersama entah untuk makan ataupun hanya mengobrol berdua. Saling bercerita tentang apa yang sudah kami rasakan tentang cinta-cinta yang pernah kami alami sebelumnya. Dan aku mulai merasa kagum padanya. Aku benar-benar tak habis pikir kenapa perempuan-perempuan itu bisa menyia-nyiakan lelaki sebaik dia. Rasanya aku tak ingin menyakitinya, menjadikannya pelarian meskipun aku pernah berucap bahwa aku tak akan memakai hatiku lagi dalam berhubungan dengan siapapun. Tapi rasanya itu tak adil baginya. Dia terlalu baik. Aku tahu maksud dan tujuannya mendekatiku adalah untuk bisa lebih dari seorang teman biasa. Dia pun akhirnya mengungkapkan perasaannya padaku. Dan dia tahu hatiku saat itu bukan untuknya. Tapi dia tak pernah pergi. Dia selalu ada di dekatku. Menjadi sahabatku, tempatku berbagi gundah yang sedang kualami sebulan terakhir. Dan dari obrolan-obrolan itulah aku akhirnya mengetahui bahwa dia sama sekali tidak tahu tentang aku yang baru saja putus dari kekasihku yang dulu. Yang dia tahu, seminggu sebelum kami kontak, dia diyakinkan bahwa aku masih sendiri. Padahal kenyataanya, aku baru putus 2 hari sebelum kami kontak. Dia yang membuatku berani untuk jatuh cinta lagi. Perasaan yang tidak kusadari timbul di dalam hatiku. Dia bahkan mengutarakan keinginannya untuk bertemu dengan mantan kekasihku agar tak ada salah paham tentang kedekatan kami berdua. Bahwa dia sama sekali tak tahu sebelumnya tentang hubunganku tersebut. Dia pun tak pernah memberi batas waktu kapan aku harus memberikan jawaban atas pertanyaannya. Dia hanya ingin agar aku tidak terpengaruh siapapun dalam mengambil keputusan. Satu hal yang membuatku kagum padanya, kedewasaannya.

Perhatiannya tak berkurang sedikitpun meskipun dia tahu aku tidak bisa menjanjikan apa-apa untuknya. Dia tetap menjadi dirinya yang penuh humor, perhatian, membuatku banyak tertawa setelah sebelumnya aku merasa seolah hidupku hancur begitu saja. Seiring berjalannya waktu aku mulai merasakan kenyamanan saat berada di dekatnya. Namun aku masih saja belum bisa memberikan kepastian untuknya. Tanpa terasa liburku akan segera berakhir. Aku harus memulai kembali aktivitasku di hari Senin. Dia kemudian menawarkan diri untuk mengantarku praktek. Awalnya aku menolak, entahlah mungkin karena aku tak ingin memberi banyak harapan untuknya. Tapi pada akhirnya aku setuju untuk diantar olehnya. Praktek pagiku mulai jam 6, otomatis dia harus sudah menjemputku paling lambat jam 05.45. Dan dia datang sebelum waktunya. Pagi-pagi mengantarku, menjemputku, mengantarku ke rumah, mengantarku ke tempat praktekku yang lainnya. Dia melakukan semua itu dan dia tampak menikmatinya. Dia juga menawarkan diri untuk menemaniku di acara pernikahan sahabatku tanggal 10 Agustus 2014. Saat itu hatiku terasa perih, kenapa justru dia yang menawarkan diri untuk menemaniku, sedangkan lelaki yang katanya menyayangiku setahun belakangan justru tampak tidak bersemangat saat aku menanyakan apakah ia mau menemaniku di acara tersebut. Kemudian aku hanya menjawab terserah padanya. Dia bilang, kalau dia berhasil mendapat tiket kereta untuk pulang, maka dia akan pulang untuk menemaniku.

Keesokan harinya dia mengabariku kalau dia berhasil mendapatkan tiket tersebut. Aku hanya berpikir baiklah, aku akan melihat siapa yang akan menemaniku di acara tersebut, karena kebetulan sahabatku juga mengundang mantanku untuk hadir, dan aku sendiri yang telah menyerahan undangan tersebut saat lebaran kemarin. Kalau keduanya hadir, maka aku bisa lebih melihat mana yang lebih tulus dan benar-benar menyayangiku. Sorenya dia harus pulang kembali ke Jakarta karena masa cutinya sudah habis. Entah kenapa rasanya berat melepasnya. Tapi aku masih berusaha menepis rasa itu dan berpikir bahwa aku tidak mungkin jatuh cinta padanya.

8 Agustus 2014. Aku menjemputnya di stasiun. Ada rasa berdebar di hatiku. Semakin mendekati jadwal kedatangannya, rasanya semakin tak karuan. Begitu melihat sosoknya di antara orang-orang, aku tak tahu harus bersikap apa. Aku hanya diam untuk menutupi rasa grogiku. Untung saja saat itu aku ditemani Abang. Keesokan harinya, dia kembali mengantarku praktek. Kali ini aku tak lagi duduk diam dan menatap ke jendela samping atau lurus ke depan. Suasananya sudah lebih mencair. Namun aku masih bingung dengan perasaanku sendiri. Aku hanya tak ingin menjadikannya pelarianku. Aku tak ingin menyakitinya seperti apa yang pernah dia alami sebelumnya. Aku tak ingin menjadi perempuan seperti itu.

Hari pernikahan sahabatku akhirnya tiba. Dia datang ke rumahku sekitar jam 5 pagi, karena aku sudah harus ada di gedung jam 05.30 untuk make-up. Dia menemaniku seharian. Melihatnya bisa berbaur dengan sahabat-sahabatku memberikan nilai plus untuknya. Sore harinya, dia mengajakku ke rumahnya untuk berkenalan dengan keluarganya. Sambutan keluarganya terasa hangat. Membuatku merasa diterima dan nyaman. Kemudian aku mengantarnya ke stasiun. Saat itu rasanya berat melepasnya pergi lagi. Aku sudah mulai terbiasa menjalani rutinitas bersamanya. Malam hari setelah dia berangkat, aku mulai berpikir, apa yang sebenarnya kurasakan saat ini. Tapi aku masih belum bisa mengakui bahwa aku telah jatuh cinta padanya.

Keesokan harinya, 11 Agustus 2014, aku mengobrol dengan mama sepulang praktek pagi. Mama mengingatkanku untuk tidak menunda terlalu lama dalam mengambil keputusan, karena kalau memang aku benar-benar menyukainya, aku bisa saja kehilangannya jika aku tak segera mengambil keputusan. Tiba-tiba saja terbersit dalam pikiranku bahwa aku tak ingin kehilangan dirinya. Ya. Akhirnya aku mengakui bahwa aku telah jatuh cinta padanya. Aku lalu mulai berpikir bagaimana caranya aku memberitahukan perasaanku ini padanya. Tiba-tiba saja ada BBM® masuk darinya. Aku mulai memancingnya untuk mengungkapkan kembali perasaannya terhadapku. Dan begitu dia mengungkapkan perasaannya langsung saja kubalas bahwa aku pun juga merasakan hal yang sama. Akhirnya sejak saat itu kami resmi berpacaran.

Hubungan ini bukanlah hubungan pacaran layaknya ABG-ABG jaman sekarang. Hubungan kami merupakan suatu proses menuju komitmen serius yang telah kami bicarakan sejak awal, yaitu pernikahan. Namun kami masih menunggu kakak keduaku menikah bulan Mei 2015, sehingga kami membiarkan hubungan ini mengalir dengan sendirinya.

Menjalani hari-hari bersamanya membuat hidupku lebih berwarna. Setahun sudah kami bersama, perhatian dan sikapnya tak pernah berubah. Selalu saja ada cara yang dia lakukan untuk membuatku tersenyum. Setiap hubungan pasti memiliki masalahnya sendiri. Beberapa kali kami bertengkar kecil, namun kedewasaannya lah yang membuat hubungan ini terus bertahan. Saat emosiku tak stabil, dia begitu memahaminya. Kesabarannya menghadapiku yang terkadang egois, kekanakan, membuatku semakin hari semakin menyayanginya. Aku tahu, lelaki inilah yang aku inginkan dan aku butuhkan dalam hidupku. Semua yang selama ini kucari ada pada dirinya. Bersamanya aku merasa bahwa diriku berharga. Dia memperlakukanku dengan sangat baik. Hampir setiap minggu dia pulang ke cirebon. Tanpa lelah dia menemaniku ke manapun aku pergi. Dia begitu memanjakanku. Dia pun selalu mendukung segala kegiatan positif yang aku lakukan.

Beberapa kali kami menghabiskan waktu di luar kota. Entah karena ada seminar yang aku ikuti, acara pernikahan sahabatku, atau acara keluarga besarnya, bahkan menemani adikku liburan. Dia selalu menjagaku. Perhatiannya bukan hanya kepadaku saja, tapi juga kepada seluruh keluargaku. Dan itu tidak dibuat-buat. Benar-benar terasa tulus. Keluarganya pun begitu perhatian padaku. Membuatku benar-benar nyaman menjalani hubungan ini. Sebuah hubungan yang selama ini aku impikan. Seorang sahabatku pernah berkata, melihat sikapnya padaku, seolah-olah dia yang membayar seluruh rasa sakit yang dulu aku alami dengan kebahagiaan. Rasanya aku benar-benar tak bisa hidup tanpanya. Aku bahkan selalu manja setiap kali dia pulang. Tapi dia justru tak pernah bosan memanjakanku. Kali ini aku tak mau yang lain lagi. Aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Dan aku hanya berharap dia benar-benar menjadi yang terakhir dalam hidupku.


Jumat, Agustus 21, 2015

I'm Back

Hai..hai..hai..

Udah lama banget yaa rasanya ga nulis di blog ini. Hahaha. Udah hampir 5 tahun ternyata.

Daan setelah sekian lama nyari aplikasi blog buat android biar gampang nulis-nulis + editnya, akhirnya gw nemu juga. Fiuhh. Kemaren-kemaren coba buat log in via web malah eror berkali-kali. Dibilang salah password lah. Padahal gw yakin banget tu password yang gw masukin bener. Haduhh. Ada-ada aja. Dan sekarang gw masih harus adaptasi buat pake aplikasi baru ini. Agak ribet sih emang. Rasanya tetep enakan ngetik di laptop dehh. Haha.

Banyak sih yang tadinya gw mau share lagi di blog. Tapi berhubung sekarang gw lagi fokus sama acara nikahan gw. Yup. Finally gw nemuin pasangan yang bisa dibilang sempurna buat gw dan insya Allah bisa menyempurnakan hidup gw. Amiin..amiin.

Jadi buat yang lagi persiapin acara pernikahan juga. Ayo kita sama-sama sharing. Tunggu postingan gw berikutnya ya.