Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C, umumnya timbul setelah transfusi atau penyalahgunaan obat-obatan secara parenteral; seringkali penyakit ini berlanjut menjadi kronis yang biasanya tidak menunjukkan gejala tetapi dapat menjadi sirrosis hati. Virus hepatitis C sendiri merupakan suatu virus RNA linear, untai tunggal, bermuatan positif, memiliki 9600 nukleotida, merupakan famili dari flavivirus dan pestivirus. Ditemukan pada tahun 1989 sebagai penyebab dari 90-95 % kasus hepatitis non-A non-B yang berhubungan dengan transfusi darah. HCV terdapat dalam darah, dan jalur transmisinya termask darah dan produk darah, jarum yang terkontaminasi oleh darah dan alat-alat yang mungkin digunakan oleh pengguna obat-obatan intra vena (yang dimasukkan lewat pembuluh darah balik) dan hal-hal yang berhubungan dengan tattoo, bodypiercing dan akupuntur.
Penyakit ini dapat terjadi pada usia berapapun, namun lebih sering pada orang dewasa dan 90-95 % diantaranya terkait dengan transfusi. Masa inkubasinya berkisar antara 2-26 minggu ( rata-rata 6-12 minggu ). penyebaran penyakit hepatitis C dapat melalui transfusi darah atau penggunaan jarum secara bersama-sama (misalnya pada penggunaan narkotika jenis suntikan).
Ada beberapa tipe orang yang berisiko terinfeksi virus hepatitis C, diantaranya :
Penyakit ini dapat terjadi pada usia berapapun, namun lebih sering pada orang dewasa dan 90-95 % diantaranya terkait dengan transfusi. Masa inkubasinya berkisar antara 2-26 minggu ( rata-rata 6-12 minggu ). penyebaran penyakit hepatitis C dapat melalui transfusi darah atau penggunaan jarum secara bersama-sama (misalnya pada penggunaan narkotika jenis suntikan).
Ada beberapa tipe orang yang berisiko terinfeksi virus hepatitis C, diantaranya :
- Orang yang mendapat transfusi darah
- Pasien dan staf yang menangani cuci darah
- Penderita hemophilia, arena mereka sering harus menjalani transfusi darah meskipun sudah dilakukan screening antiHCV pada darah yang hendak didonorkan
- Pengguna narkoba dengan jarum suntik. Pertukaran jarum suntik apalagi yang mengandung darah
- Mereka yang berhubungan dengan peralatan medis yang tidak steril
- Pekerja kesehatan yang selalu berhubungan dengan berbagai pasien dan peralatan kesehatan yang berkemungkinan mengandung virus hepatitis C
- Pasien akupuntur
- Mereka yang bertato
- Pasangan seks penderita
- Anak / bayi dari ibu pengidap hepatitis C
Gejala klinis yang biasanya timbul karena penyakit ini :
- Anorexia
- Rasa tidak enak pada lambung
- Nausea (mual)
- Vomiting (muntah)
- Ikterus (warna kuning pada beberapa area tubuh)
Masing-masing gejala tersebut cenderung datang secara bertahap. 80 % penderita hepatitis C kronis tidak menunjukkan gejala apapun.
Pada pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan :
- Tes fungsi hepar : ALT dan AST meningkat menandakan adanya kerusakan hepar
- Tes serologik : Adanya Anti HCV (antibody yang melawan virus hepatitis C). Mengindikasikan replikasi virus aktif dan infektivitas, memerlukan waktu 2-8 minggu untuk berkembang setelah terjadinya gangguan pada hati. Dan adanya HCV-RNA yang mendeteksi asam nukleat dari infeksi HCV baru
Komplikasi yang dapat terjadi :
- Hepatitis kronik
- Carcinoma hepatoseluler
Penatalaksanaan
- Interferon efektif 50 %
- Interferon α-2b +ribavirin
Dosis dewasa : 3 juta unit 3x/minggu SC +ribavirin 1000-1200 mg/hari PO x2 bulan - Interferon α-2b (Intron A)
Dosis dewasa : 3 juta unit SC atau IM 3x/minggu x 12-24 bulang - Interferon α-2a (Roferon-A)
Dosis dewasa : 3 juta unit SC atau O atau IM 3x seminggu 12-24 bulan - Interferon alfacon-1 (Infergen)
Dosis dewasa : 9 mcg 3x/minggu x 6 bulan
Pencegahan
- Tidak ada vaksin
- Menghindari penggunaan jarum suntik secara bersama-sama
Prognosis
- Fatalitas jarang
- 40 % sembuh total
- 60 % menjadi carrier
- 20 % menderita carcinoma hepar
- 50 % menjadi hepatitis kronik progresif
- 25 % menjadi sirrosis hepatis