Dinginnya malam mulai menusuk tulang. Kesunyian mulai menghampiri. Harusnya Delza sudah masuk ke alam bawah sadarnya, menyiapkan energi untuk aktivitas esok hari. Entah apa yang sedang mengusik pikirannya, hingga ia masih terdiam di balkon kamar. Matanya tak jua bisa terpejam meski ia telah mencoba merebahkan diri di peraduannya setengah jam yang lalu. Tapi matanya tak bisa diajak kompromi. Mungkin masih ingin menikmati indahnya langit malam. Langit memang nampak lebih cerah dari biasanya. Kerlap-kerlip bintang seolah memanggil seraya membujuk agar ditemani. Semilir angin memainkan lembut rambut panjangnya yang terurai. Seakan ingin mengajaknya berdansa di tengah kegelapan malam. Tatapannya menerawang, menembus semesta seolah mencari sesuatu yang selama ini belum dapat ia temukan. Sedang apa ia di sana, gumamnya.
Ingatannya melompat pada kejadian 5 tahun yang lalu. Saat itu,ia dan Rein, kekasihnya, sedang merayakan hari jadi mereka yang ke-3. Menghabiskan malam itu dengan berbagi keceriaan berdua. Diawali dengan makan malam romantis di sebuah cafe yang sengaja dipesan Rein untuk mereka berdua. Lalu menikmati langit malam di taman kota sembari berbagi cerita tentang kenangan masa lalu saat mereka masih sama-sama duduk di bangku SMA. Saling menertawakan kebodohan masing-masing kala itu. Tiba-tiba Rein terdiam.
"Rein, kamu gak apa-apa?" tanya Delza khawatir.
"Aku gak apa-apa Del. Tapi..."
"Tapi apa Rein?"
"Ada satu hal yang mau aku sampaikan sama kamu."
"Apa itu? Pentingkah?"
"Ya, sangat penting bagiku. Tapi aku mohon, kamu jangan marah sama aku."
"Kenapa Rein? Jangan bikin aku khawatir dong."
"Del..." Rein tertunduk lesu "Kita gak mungkin sama-sama lagi."
"Kenapa Rein? Karena kamu mau melanjutkan kuliah ke Amerika? Kita kan masih bisa long distance. Aku siap kok."
"Bukan itu masalahnya Del."
"Terus apa? Bilang sejujurnya Rein."
"Orang tuaku mau menjodohkan aku dengan anak teman bisnis Papa."
"Terus kamu mau?"
"Aku gak bisa apa-apa lagi Del. Aku gak bisa nolak permintaan mereka. Aku gak mau jadi anak durhaka."
"Itu artinya, kamu udah gak sayang sama aku?"
"Aku sayang sama kamu, bahkan lebih dari yang kamu tahu. Tapi aku gak bisa Del."
"Kamu pengecut Rein."
Delza berlari menembus kegelapan malam seorang diri sembari menahan air mata yang memaksa untuk keluar. Tak dihiraukannya teriakan Rein. Sejak saat itu, ia tak pernah bertemu dengan Rein lagi. Meskipun berulang kali Rein menghubunginya dan mencoba datang ke rumahnya, ia selalu menolaknya mentah-mentah. Terlalu sakit baginya untuk dapat melihat wajah yang pernah ia kasihi itu.
Dasar pengecut, batinnya.